Selasa, 13 Agustus 2013

Belajar dari Rasulullah dan Sahabat: Menjadi Mahasiswa yang Peduli, Kritis, Berprestasi


Mahasiswa.
Sebuah kata dengan seribu kebanggan, rangkaian huruf yang penuh akan harapan. Sejarahnya penuh dengan romantisme pengorbanan.
Sebuah representasi dari potret masa depan Indonesia, sebuah simbol semangat perubahan yang terus menggelora. Oh Tuhan, betapa mahasiswa begitu mulia…

Sadar ataupun tidak, kita sekarang telah menjadi bagian dari golongan orang-orang spesial yang bernama “mahasiswa”. Arti dari semua ini hanya satu: Kita punya amanah sangat besar yang harus kita ditunaikan, tidak kurang, tidak lebih. Amanah besar ini lebih familiar disebut sebagai “Tri Dharma Perguruan Tinggi”, yang meliputi Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian Masyarakat. Segala tindakan sebagai upaya menjalankan amanah besar itu haruslah dibangun di atas karakter yang kuat. Mengacu pada Tri Dharma PT tadi, karakter dasar yang mutlak harus ada dalam diri seorang mahasiswa adalah peduli, kritis, berprestasi. Ikhwal karakter-karakter ini, kita bisa belajar dari seorang Muhammad saw. Manusia mulia yang oleh Allah telah ditetapkan sebagai teladan seindah-indahnya teladan bagi seluruh ummat manusia.




         1.      Peduli
Entah perasaan apa yang membuat Rasulullah, seorang manusia suci pilihan Allah mau bersusah-susah mengotori tangannya hanya untuk memperbaiki sandal seorang anak yatim yang rusak. Entah gelora seperti apa yang membuat manusia paling besar tugasnya di muka bumi  ini merelakan waktunya hanya untuk menjahit pakaian kumal milik orang tua yang miskin. Entah dorongan sedahsyat apa yang membuat laki-laki yang telah dijamin masuk surga itu mengumpulkan sahabat-sahabatnya yang miskin di sudut masjid, lalu membagikan makanan yang beliau miliki, sehingga beliau tidak pernah makan kenyang selama tiga hari. Sulit dipercaya, namun itulah yang terjadi.

Abu Hurairah menceritakan tentang betapa perhatian Rasulullah saw kepada para sahabatnya, bahkan kepada orang yang dipandang remeh oleh masyarakat. Waktu itu Rasulullah saw. pulang dari Tabuk. Dia melihat tangan Sa’d bin Muadz Al Anshari yang menghitam dan melepuh. “Kenapa tanganmu?“ kata Rasulullah saw. “Akibat palu dan sekop besi yang sering saya pergunakan untuk mencari nafkah untuk keluarga yang menjadi tanggunganku.“  jawab Sa’d. Maka Rasulullah saw mengambil tangan itu dan menciumnya, “Inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh api neraka.“ Lihatlah, betapa Rasulullah saw. yang tangannya diperebutkan untuk dicium, sekarang mencium tangan yang kasar. Begitulah Rasulullah saw memperlakukan kaum dhuafa.

Itulah pesona kenabian seorang Muhammad, cerminan kepribadian Al-Qur’an yang terpancar memberikan kehangatan bagi sekitarnya. Sebagai Uswatun Hasanah, beliau telah mencontohkan, betapa kita sebagai seorang Muslim harus punya kepekaan sosial yang lebih, perhatian terhadap sekitar yang lebih, dan cinta yang terus menggelora kepada sesama manusia. Lalu apakah kita harus meniru apa yang dilakukan Rasulullah? Jelas. Sebagai mahasiswa, betapa banyak ruang yang diberikan oleh Allah untuk kita berbuat lebih. Tidak perlu besar, mulailah dari yang kecil. Tidak perlu menunggu tua, mulai saja dari sekarang. Coba lihat sekitar kita, barangkali ada teman yang kesulitan hanya untuk sekedar makan siang. Coba lihat, barangkali ada teman yang sedang kesulitan dalam menyerap pelajaran. Hal lain yang bisa kita lakukan adalah ikut serta dalam kegiatan-kegiatan sosial, ikut berpartisipasi dalam memperjuangkan hak-hak rakyat, atau mungkin sekedar mengajak teman-teman kita untuk shalat tepat waktu, mengajak teman kita untuk mengaji, atau belajar bersama. Itu juga merupakan bentuk kepedulian.


         2.      Kritis
Sejatinya Pesona kenabian Muhammad tidak hanya terlihat ketika beliau telah mendapat gelar Rasulullah. Sekitar 3 tahun Muhammad menghabiskan waktunya di sebuah gua kecil yang begitu lembut, terletak di kejauhan, dua mil dari Kota Makkah. Gua itu adalah Gua Hira. Di tempat itulah Muhammad terbiasa menyendiri, merenung, dan mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang terus berkecamuk dalam pikirannya kala itu.

Kegelisahan. Ya, itulah yang dirasakan oleh Muhammad, kegelisahan inilah yang membuatnya terus bertanya-tanya “Mana yang benar? Mana yang benar?”. Pertanyaan-pertanyaan ini lahir dari sikap kritis. Melihat kondisi Makkah yang tidak ideal: bayi-bayi perempuan dikubur hidup-hidup, anak dinikahkan oleh pamannya, petinggi-petinggi makkah yang bertindak sewenang-wenang, membangunkan sikap kritis Muhammad dan melahirkan sebuah pertanyaan besar: “MANA YANG BENAR?”. Pertanyaan ini yang kemudian dijawab oleh Allah dengan diturunkannya wahyu melalui Jibril.

Coba sejenak kita renungkan dua paragraf di atas. Saya secara pribadi dapat mengambil kesimpulan: perubahan lahir dari sikap kritis. Sebagai mahasiswa, pernahkah kita merasakan kegelisahan yang begitu menggelora? Pernahkah di pikiran kita berkecamuk pertanyaan-pertanyaan mengapa korupsi di Indonesia begitu tinggi, mengapa keadilan di Indonesia belum juga tegak, atau mengapa rakyat Indonesia belum juga sejahtera. Kalau pertanyaan-pertanyaan itu belum pernah terbesit, mungkin sekaranglah saatnya kita melihat semuanya dengan lebih serius. Saatnya kita bangun sikap kritis ini di dalam diri kita. Lagi-lagi tidak perlu besar, mulailah dari yang kecil. Tidak perlu menunggu tua, mulai saja dari sekarang, mumpung kita masih mahasiswa. Bisa dengan membiasakan diri bertanya ketika sedang kuliah, tidak menerima begitu saja ajakan teman, tidak melakukan sesuatu yang kita tidak tahu manfaatnya. Ini mungkin hal kecil, tapi hal kecil ini akan diikuti oleh hal besar.


         3.      Berprestasi
Fastabiqul Khairat. “Berlomba-lomba dalam kebaikan”, ini adalah kewajiban seorang Muslim. Perintah ini yang telah membuat umat muslim yang ketika diturunkan ayat tentang perang mereka berlomba-lomba ingin ikut berperang. Perintah ini yang membuat Abu Bakar dan Umar rela menyumbangkan sebagian bahkan seluruh hartanya demi Islam. Perintah ini memberikan pesan bahwa seorang Muslim harus memiliki jiwa kompetitif.

Saya berharap kita tidak mengidentikkan “kompetitif” dengan “individualis”, atau dengan “mau menang sendiri”, karena itu jelas berbeda konteksnya. Prestasi, dalam kata sederhana ini terangkum kalimat “membanggakan orang-orang di sekitarku”,  atau “menginspirasi banyak orang”, atau “membuktikan hasil kerja kerasku”. Prestasi, tidak bisa kita maknai hanya sekedar mendapat piala, atau mendapat IP tertinggi di kelas. Prestasi adalah perpaduan antara kemauan dan usaha yang maksimal untuk bergerak. Dalam bidang apapun, selama itu positif dan bermanfaat. Kita bisa berprestasi sebagai juara renang dan membuat bangga kampus kita, atau menjadi mahasiswa berprestasi dan membuat bangga orang tua kita, atau menjadi relawan bencana yang bermanfaat bagi saudara-saudara kita, atau menjadi sekedar teman setia yang senantiasa ada di samping sahabat-sahabat kita di kala duka, atau menjadi mahasiswa yang senantiasa menebar kebaikan dengan ajakan-ajakannya, menjadi mahasiswa yang senantiasa terjaga akhlaknya. Itu semua adalah prestasi, tidak ada seorangpun yang dapat membatasi makna dari kata prestasi.

Sebagaimana kita bangga menjadi seorang Muslim, begitu pula kita harus bangga telah diberi kesempatan oleh Allah untuk menjadi mahasiswa, dan ini harus kita syukuri. Menjadi mahasiswa yang ideal memang tidak mudah, tapi itulah tantangannya. Itulah harga yang harus kita bayar untuk mendapat kebaikan yang lebih besar. Salah seorang Sahabat bahkan berkata: “Surga itu ada di bawah naungan pedang”. Memang sulit kalau kita bayangkan, sangat berat kalau hanya kita pikirkan. Oleh karena itu, jangan hanya kita bayangkan. Yuk, kita lakukan! Kita tumbuhkan karakter-karakter ini, kita pupuk dengan semangat terbaik! Mulai dari hal kecil… Mulai dari sekarang…




Minggu, 11 Agustus 2013

Eidul Fitri 1434 H


Kemarin saat shalat Eidul Fitri lupa bawa catatan, hape, bahkan mukenah pun ketinggalan. Entah lagi mikirin apa waktu itu, mungkin lagi buru-buru jadi buyar. Alhamdulillaah, saya ke lapangan pakai gamis, kerudung syar’i lengkap dengan kaus kaki, jadi nggak pake mukenah pun bisa shalat. hehe bisa dibayangkan jika saya kemarin ‘hanya’ pakai celana ketat tanpa kaus kaki?


itulah mengapa, sebenarnya saat shalat dan di kehidupan sehari-hari pakaian muslimah itu sama-sama harus menutup aurat. Yuk shalihat, tutup auratmu :)

*oke lanjut… alhasil khutbah khatib yang bagus hanya bisa saya rekam dengan ingatan saya. Ini dia rangkumannya, semoga bermanfaat ^__^





Terkadang kita merasa bahwa ALLAH memberi kita kenikmatan beribadah lebih banyak dari yang lain, namun yakinkah bahwa segala amal & ibadah yg kita lakukan semua diterima ALLAH?
Shalat kita,
Puasa kita,
Tarawih kita,
Tilawah kita,
Yakinkah semua diterima ALLAH?

Maka, sejatinya amal & ibadah kita harus dibarengi dengan berdo’a agar amal & ibadah kita diterima ALLAH.

Ibadah yang ALLAH suka adalah yang berkesinambungan, walaupun sedikit.
Karena itu, dulu para sahabat jika setelah Ramadhan apabila bertemu satu sama lain mereka bersalaman dan saling mengucapkan,“Taqabbalallahu minna wa minkum. Shiyyamana wa shiyamakum.”
Semoga ALLAH menerima amalku dan amalmu, puasaku dan puasamu.
Bulan Ramadhan mewajibkan setiap muslim berpuasa agar melatih kita menjadi orang yang bertaqwa,
Karena itu saat Bulan Ramadhan berakhir, kita diharapkan semakin bertaqwa hingga bulan-bulan selanjutnya.
Dengan apa?
Salah satunya dengan terus memenuhi masjid-masjid.
Walau bulan Ramadhan berakhir,
Qiyyamul’lail masih ada,
Tilawah masih ada,
Sedekah masih ada,
Puasa sunnah juga masih ada,
Sesungguhnya kebiasaan-kebiasaan di bulan Ramadhan telah melatih kita untuk terbiasa dengan ibadah-ibadah yang disukai ALLAH.
Maka, apa yang menghalangi kita untuk terus melakukan ibadah-ibadah tsb di bulan lain?
Mungkin setan-setan akan lebih sering mengganggu, maka kita memohon pertolongan ALLAH agar dilindungi dari godaan setan yg terkutuk.

***

Saat merayakan Idul Fitri kita sering melihat baju dengan beragam warna, beragam corak, beragam model. Itu adalah sunnatullah.
Kita tidak bisa memaksa mereka untuk berpakaian yang seragam.
Seperti pohon mangga yang tidak bisa dirubah menjadi pohon kelapa, pun pohon kelapa tidak bisa diubah menjadi pohon durian.
Hikmah ini juga berlaku untuk kehidupan sehari-hari,
Kita harus menghargai jama’ah lain,
Karena sejatinya umat muslim disatukan dengan kalimat tauhid “Laa ilaaha illallah”
Kita tidak bisa memaksa jama’ah lain untuk sama dengan jama’ah kita selama jama’ah mereka tidak bertentangan dengan perintah ALLAH & Rasulullah.
Allahuakbar, Allahuakbar, Allahuakbar
Walillahilhamd.

***

Tadi khatib juga berdo’a untuk para ikhwanul mujahid di Palestina, Iraq, Afghanistan, Suriah.
MasyaALLAH.


Klaten, 8 Agustus 2013,
setelah shalat Eid 1434 H #latepost


Sabtu, 27 Juli 2013

Syekh Ali Jaber

Imam tarawih di Masjid Nurul Ashri malam ini (27 Juli 2013) adalah SYEKH ALI JABER dan masyaALLAH, rakaat terakhir juga seperti di video ini :'''' smoga air mata para jama'ah tadi mengkristal di hati masing-masing. Berharap tidak akan lupa dengan do'a yg supeeer indah & suasana yg juga supeeer merinding ♥ ♥ ♥
ALHAMDULILLAHIRABBIL'ALAAMIIN.

https://www.facebook.com/photo.php?v=529975290382430&set=vb.100001098905727&type=2&theater

Jumat, 12 Juli 2013

MAHASISWA TEKNIK


Jumat, 28 Juni 2013

ingin naik kelas? hadapi UJIAN dengan baik

U J I A N
sebuah kata yang banyak 'dibenci' orang.
kenapa?
karena saat ada ujian, kita harus mampu melewatinya.
tidak mudah.
apalagi jika UJIAN HIDUP.
wah, luarbiasa menjalaninya

tapi bagi seorang muslim, UJIAN merupakan suatu hal yang harus dirindukan kehadirannya.
mengapa?
ya karena UJIAN adalah tanda kasih sayang ALLAH kepada hamba-NYA

UJIAN IMAN
ketika iman kita diuji,
ketika kita dihadapkan pada suatu hal yang sangat sulit.
mampukah kita melewatinya?
bahkan,
ketika kita tidak mempunyai siklus hidup, hanya datar-datar saja, kita harus muhasabah diri
mengapa ALLAH membiarkan hidup kita tanpa UJIAN di dalamnya.
padahal UJIAN merupakan tahap seseorang yang akan naik kelas.

tentu kita semua pernah bersekolah bukan?
nah setiap kita akan naik kelas, kita akan menghadapi UJIAN.
kita harus menghadapinya sendirian.
kita akan berhasil naik kelas jika nilai UJIAN tersebut sudah baik.

ya, sama seperti UJIAN HIDUP.
ALLAH menguji kita dengan berbagai UJIAN yang harus kita lewati.
sanggupkah?
mungkin kita sering mengalami UJIAN HIDUP yang sama.
itu karena kita belum berhasil melewati UJIAN sebelumnya dengan baik, jadi harus diulang hingga mampu melewatinya.

jika kita ingin naik kelas, kita harus selalu siap dengan berbagai UJIAN yang sudah disiapkan ALLAH.
berbahagialah setiap orang yang hidupnya penuh dengan UJIAN,
karena setiap rasa sakit, rasa susah yang kita alami akan berbuah pahala.
bernilai akhirat.

maka, mengapa kita masih protes?
mengapa masih bersedih dengan segala UJIAN yang ALLAH berikan?
Hadapi dengan ikhlas, berbaiksangkalah,
bahwa semua ini untuk kebaikan kita.
ALLAH Rahman
ALLAH Rahiim

Rasulullah saw bersabda:  “Tak seorang muslim pun yang ditimpa  gangguan semisal tusukan duri atau yang lebih berat daripadanya, melainkan dengan ujian itu Allah menghapuskan perbuatan buruknya serta menggugurkan dosa-dosanya sebagaimana pohon kayu yang menggugurkan daun-daunnya.”
(HR Bukhari dan Muslim). 

Jadi ujian dan cobaan, bisa sebagai penggugur dosa-dosa kita dan juga untuk mengangkat kita ke derajat keimanan yang lebih tinggi.

                                           
                                           
                                                                                                             


                                                                                                        

mohon dikuatkan...

...sedang di titik puncak jenuh...
sakit sekali

Yaa Rabb,
izinkan devi mengeluh, kali ini saja...
sungguh, betapa devi ingin meluapkan semua ini...
berbagai persoalan yang entah harus menyikapinya seperti apa

Yaa Rabb,
jangan pernah lepaskan tangan devi, ya?
bukankah Kau berjanji, bahwa Kau tidak akan melepaskan hamba-Mu yang berpegang kepada-Mu...


Yaa Rabb,
ajari devi untuk ridlo menerima semua keputusanmu...
sungguh,
walaupun menyakitkan sekalipun rasanya...
kuatkan raga devi, Yaa Rabb...
mohon kuatkan.

Lakukan apapun yang ingin Kau lakukan untuk devi,
asalkan tetap bersama-Mu,
devi yakin semua akan baik-baik saja.
p a s t i
. . . . . . .



Rabu, 26 Juni 2013

Masjid Jogokariyan, aku cemburu...



bismillahirrahmanirrahiim...

sekitar 30 menit yang lalu, baru saja tiba di rumah sepulang dari MABIT (Malam Bina Iman dan Taqwa) akhwat KMMTP. Mabitnya di Masjid Jogokariyan. Sedari dulu pingin ke masjid Jogokariyan, alhamdulillaah kesampaian kemarin. Yang membuat saya kagum adalah banyaknya kegiatan di masjid tersebut yang dikenal  oleh masyarakat Jogja. Dan bermalam disana membuat saya semakin mengaguminya...





pertama kali tiba disana kemarin saat shalat Isya’, masyaAllah rame sekali :) ba’da Isya’ pun ada dzikir bersama. Semakin kagum saat pukul 03.00 kami bangun dan shalat Qiyyamul’lail, disana sudah ada beberapa jama’ah yang sedang khusyu’ bermunajat pada ALLAH. Masjid saat itu dalam keadaan gelap, hening... dan beberapa kali ada suara lantunan Ayat Suci... betapa mengagumkan sekali para jama’ah tsb, ketika hamba-Nya yang lain kebanyakan masih tertidur lelap, orang-orang yg shalat tahajud melawan rasa kantuk dan dingin untuk meminta, untuk mengeluh, untuk bersyukur kepada ALLAH.

Lagi-lagi saya malu, malu jika saya sering tak bisa mengalahkan rasa kantuk untuk bangun shalat. Kekuatan terbesar untuk bangun adalah ketika saya membayangkan bahwa ALLAH sedang menatap saya, dan berharap saya bangun untuk sekadar ‘curhat’. Saya juga akan langsung bangun ketika saya mengingat betapa banyak nikmat yg ALLAH berikan. Nikmat iman, nikmat ilmu, nikmat ukhuwah, nikmat segalanyaaa. Bahkan, bisa bangun tahajudpun saya merasa itu nikmat yang sangat patut disyukuri.

Yaa Rabb, terimakasih telah memberi kesempatan untuk berkunjung ke salah satu rumah-Mu, kesempatan melihat betapa khusyuknya hamba-Mu yang lain dalam berdo’a. Sungguh Yaa Rabb, hamba begitu cemburu, hamba cemburu ketika melihat hamba-Mu yang lain bisa dengan mudahnya bangun tahajud, cemburu dengan mereka yang begitu mudahnya melangkahkan kaki untuk menuju rumah-Mu, yang begitu mudahnya melawan rasa lelah, rasa kantuk untuk bermunajat pada-MU. Yaa Rabb, ajari hamba untuk selalu merasa bahwa dunia ini sementara... ajari hamba untuk selalu bersyukur.

Masih terekam jelas, remang-remang cahaya masjid tadi terlihat ada seorang laki-laki memakai baju batik, khusyu’ sekali beliau berdoa... pukul 04.30 adzan subuh, dan ternyata sudah banyak jama’ah yang datang... jama’ah yang menunggu adzan subuh... Mulia sekali, bukan? Ah, lagi-lagi malu rasanya jika shalat subuh kesiangan. Setelah shalat, ada kultum. Dan...saya melihat baju penceramah mirip dengan baju laki-laki yang ada di dalam masjid saat tahajud tadi. Mendongakkan sedikit kepala, ah masyaAllah... ternyata Ustadz Salim A Fillah! :’) isi kultumnya tentang persaudaraan kaum Muhajirin dan kaum Anshar. Kultum yang singkat namun penuh makna didalamnya, bahkan beberapa jama'ah ibu-ibu di sekitar saya mengangguk dan beberapa kali tertawa kecil medengar ceramah dari beliau. Tak hanya pandai berkicau di twitter, beliau juga begitu fasih menyampaikan materi kultum yang kebanyakan jama'ah di masjid sudah 'sepuh' (usia lanjut). Menyampaikan tapi tidak menggurui.

Akhirnya sekarang saya paham, mengapa semua kalimat beliau di twitter mengandung makna yang luarbiasa. Hati seorang hamba yang selalu bermunajat kepada-Nya memang lebih lembut. Sangat lembut dengan bahasa yang begitu menyejukkan hati. Yaa Rabb, hamba lagi-lagi cemburu...


Rabu, 19 Juni 2013

Masih pantaskah disebut dan menyebut diri; Aktivis Dakwah?


"kok jadi ane yang ngelakuin semuanya?
yang lain gak ngapa-ngapain..."
demikian kalimat yg sering meluncur di sebagian mahasiswa yang mengaku aktivis dakwah kampus (ADK) dalam beberapa kesempatan yg pernah saya temui, tidak hanya satu dua kali, tapi sering.
Dan teringat nasihat dari seorang kawan:




Di jalan ini…
Nuh AS telah tua renta.
Ibrahim AS di bakar dan di usir kaumnya.
Yusuf AS menjadi budak, difitnah dan masuk penjara.
Musa AS dihina, diusir dan dikejar firaun dan bala tentara.
Zakaria AS diusir, dikejar dan digergaji dibelah dua.
Isa AS dikejar-kejar dan hendak disalib para durjana.
Muhammad SAW dicaci, dihina, dituduh tukang sihir dan gila, ituduh penipu, pembohong dan diusir dari negerinya Mekah.

Umar RA ditikam saat menjadi imam shalat shubuhnya.
Ustman RA dibunuh dalam tilawah dan saat shaumnya.
Ali RA juga dibunuh oleh khawarij yang tercela.
Hamzah syahid dengan perut terburai dada menganga.
Zaid syahid dengan terputus kedua tangannya.
Khalid bin Walid wafat di tempat tidur dan lebih 70 luka tergores di bagian depan tubuhnya selama mengikuti perang.

Imam Ahmad disiksa dan diseret dengan kuda.
Hasan Albanna syahid ditembak di depan menantunya.
Sayid Qutb syahid di tiang gantungan setelah dipenjara.
Syekh Ahmad Yasin dengan rudal menghabisi nyawanya.
KH. Ahmad Dahlan, membangun muhammadiyah juga dengan difitnah dan dihancurkan mushola-nya
KH. Hasyim Asy'ari, mengobarkan semangat jihad dan Ia juga pernah ditawan.

Banyak lagi hamba-hamba Allah yang mulia.
Yang mengorbankan jabatan, harta dan keluarga.
Mengorbankan harga diri dan kesucian jiwa..
Difitnah, dicaci, dihinakan di berbagai media...
Mendekam dalam kamar-kamar penjara..
Menjemput ajal mati meregang nyawa...


Ya, di jalan ini mereka semua menjadi mulia...
Lalu kita..? Masihkah keluhkesah mendera..?
Lalu masih pantaskah disebut dan menyebut diri;


Aktivis Dakwah?




Sumber: Achmad Fahmi


Senin, 10 Juni 2013

mengapa?






kemarin, tanggal 9 Juni 2013 setelah training leadership dari IT saya memutuskan ke pameran komputer JEC. Seperti biasa, saya sendirian ke pameran. Sudah kebal bila bertemu teman dan mereka menyapa "sendirian dev? kayak anak hilang hehehe"

niatnya sih mau beli modem, tapi ragu-ragu karena USB laptop saya sedang rusak :( akhirnya mengurungkan niat beli modem dan mulai mencari stand Acer, berpikir siapa tau ada penjaga stand yang mau bantu benerin laptop saya. Stand Acer ada di paling depan dan kebetulan banyak mas-mas penjaga.

"Maaf Mas, boleh nanya nggak?"

"Boleh Mbak, mau nanya apa?"

"USB laptop saya kok nggak bisa detect flashdisk kenapa ya?"

setelah agak lama nanya-nanya akhirnya tau penyebabnya, windowsnya kena VIRUS T^T dan karena saya pake windows ori, jadi install ulang agak lama dan mahal, wah jadi serba salah ya pakai windows ori. Huhu :”

"tunggu 2 jam ya Mbak?"

"wah lama banget, oke saya tinggal aja ya Mas"

...dan saya pergi ke Musholla JEC untuk 'menenangkan diri'...
disana belum adzan maghrib, tapi nggapapalah siap-siap.

***

Setelah shalat Maghrib, saya duduk di pojok Musholla sambil tilawah, karena mukena disana terbatas sedangkan jama'ah yg datang semakin banyak, saya meminjamkan mukena saya ke seorang Ibu..

saya masih tilawah, dan tiba-tiba ibu yang pinjem mukena datengin saya lalu duduk disamping saya..

"Mbak, boleh pinjem Qur'annya?"

"oh boleh sekali Ibu, silakan :)"

"makasih ya Mbak, saya kalau habis maghrib belum tilawah rasanya ada yg kurang, kebetulan ikut ngisi stand dan tadi lupa bawa Qur'an."

(kemudian saya malu)

Setelah beliau membaca Qur'an, beliau mengembalikannya dan mulai ngobrol dengan saya...

"kuliah dimana, Mbak?"

"UGM, Bu.."

"kalau anak saya di UII, tapi belum serajin Mbak yang bawa Qur'an gini kemana-mana"

(astaghfirullaah, ALLAH Yang Maha menutupi aib-aib saya)

"ah kebetulan aja kok Bu ini lagi bawa, hehe"

"saya mulai rajin baca Qur'an sejak saya darah tinggi dan dirawat di RS berhari-hari Mbak"

"lho, Ibunya nggak gemuk kok darah tinggi?"

"saya memang nggak gemuk Mbak, tapi saya dulu pernah mengalami masalah yg luar biasa hebat"

...dan dari sini Ibu tsb mulai menceritakan kehidupannya di Bandung, dari awal beliau merintis usaha, mempunyai rumah mewah, banyak mobil hingga suatu hari usahanya bangkrut, dan suaminya dipenjara karena tidak mampu melunasi hutang... MasyaALLAH, sungguh saat itu hati saya bergetar, disaat seperti itu, saudara-saudara beliau bahkan orangtua beliau meninggalkan beliau karena malu dan tidak mau kenal lagi..

si Ibu yang dulunya jauh dari ALLAH karena kenikmatan dunia, mulai mendekat kepada ALLAH... Saat suaminya dipenjara, beliau mencari rizki sendiri dan sering mendatangi masjid-masjid untuk mengadu kepada ALLAH. Ibu itu sadar bahwa selama ini beliau belum ikhlas dan hanya mengharapkan bantuan manusia. Ya begitulah, jika kita berharap pada manusia, pasti kecewa...

Beliau pindah ke Jogja beberapa tahun lalu, hanya mengontrak di ruangan 4x6 meter. Dan Alhamdulillaah saat ini beliau sudah mempunyai 2 toko komputer. Usaha dari NOL, usaha yang dibangun dengan rasa ikhtiar yang lebih-lebih kepada ALLAH :') ah luarbiasa!

"bisa membayangkan Mbak, bagaimana rasanya jika dulunya serba mewah lalu tiba-tiba tinggal di kontrakan sempit hanya beralaskan tikar? saya mulai membangun usaha lagi dari awal. dari NOL, dan saya membangunnya dengan rasa tawakal kepada ALLAH.."

JLEB... mata saya mulai memerah dan hidung memanas, tapi saya tahan agar tidak menangis..

cerita itu berlanjut seiring jama'ah yang lalu lalang untuk shalat, mungkin banyak jama'ah yang heran melihat Ibu itu menangis disamping saya.
Namun saat itu kami tidak perduli, kami sedang membicarakan ALLAH, kami sedang berbicara tentang rencana-NYA yang begitu indah, tentang bagaimana cara ALLAH menyadarkan hamba-NYA untuk kembali kepada-NYA dengan cara yang luar biasa...

saya merasa bersyukur laptop saya diservis di JEC, kalau tidak diservis mungkin saya tidak menunggu di pojok Musholla dan ibu tersebut tidak berbagi hikmah pada saya.
Ah, sejatinya semua kejadian telah diatur ALLAH dengan indah. Bahkan daun gugur dimalam hari yang gelap gulita tak luput dari-NYA. AllahuAkbar! :’)

diakhir pertemuan itu, saya hanya berbicara sedikit,

"terimakasih atas pelajaran yang begitu berharga ya Bu, saya tidak tau mengapa kita dipertemukan disini, dirumah ALLAH. Saya hanya yakin, pertemuan ini atas izin ALLAH. Semoga Ibu selalu diberi kekuatan iman dan semakin dekat dengan ALLAH."

***

saya bersyukur sekali, beberapa kali bertemu dengan orang-orang baru namun entah mengapa mereka begitu mudah menceritakan kehidupannya kepada saya.
Sebulan yang lalu, saya berkenalan dengan seorang mahasiswi UGM di sebuah bus. Dan entah mengapa setelah beberapa menit ngobrol beliau bercerita tentang pekerjaannya, keluarganya, Ayahnya yang sakit keras dan sudah meninggal, Ibunya yang setiap minggu minta ditransfer uang untuk kehidupan sehari-hari... disaat mahasiswa yang lain mengeluhkan kiriman dari orangtua yang belum datang, beliau kuliah sambil bekerja keras demi menransfer uang kepada keluarganya. Ma syaa Allah...

Yaa Rabb, hamba percaya semua telah KAU atur dengan sangat rapih. Terimakasih atas pertemuan-pertemuan berhikmah dari hamba-MU yang lain. Kau Maha Cinta dari Segala Maha :')