LASKAR BEM KM UGM 2013
Hari Jum’at-Minggu tanggal
22-24 Februari 2013 lalu akan menjadi salah satu hari yang tak terlupakan, hari
yang menurutku menuai banyak hikmah di dalamnya, hari yang membuatku belajar
arti perjuangan, rasa syukur, kegigihan, kejujuran, kedisiplinan, kesabaran,
dan keikhlasan.
Dimulai dari rasa
semangatku untuk mengikuti Laskar (Latihan Dasar Kepemimpinan) BEM KM UGM,
sejak Technical Meeting Laskar aku menjadi salah satu anggota kelompok
yang paling rajin membahas tugas, nge-sms anggota lain, dan mengerjakan tugas
kelompok.
Namun ALLAH menguji
semangatku dengan memberikan masalah satu-per-satu. Masalah pertama, mulai dari
anggota kelompok yang mengundurkan diri ikut Laskar. Hari Jum’at siang, saat
pulang kuliah aku sempatkan melihat pengumuman ALDC (Astra Leadership Development Challege), sebuah pelatihan training
untuk mahasiswa UGM semester 2-4 selama sebulan. Alhamdulillah, aku lolos
seleksi I (CV screening) bersama 79
pendaftar lain. Namun siapa sangka bahwa tahap seleksi II (FGD dan interview) akan dilaksanakan hari
Minggu, 24 Februari 2013. Just a little
shock. Oke, mulai panik. Galau. Aku harus ikut yang mana? Laskar atau
seleksi ALDC? Laskar dilaksanakan di Waduk Sermo Kokap Kulonprogo, sedangkan
ALDC dilaksanakan di UGM. Dua tempat yang menurutku berjarak jauh. Which one that I should choose?
Jum’at jam 2 siang aku
masih galau di kamar. Aku belum packing,
dan mulai sms ke pemandu Laskar untuk dicarikan solusi masalahku.
Setelah melewati masa galau akut selama beberapa jam, aku memutuskan
berangkat ke Gelanggang untuk ikut Laskar. Saat itu, aku nggak bawa makan malam
dan belum nge-print Life Mapping. Mulai
panik (lagi). Baca istighfar, tarik nafas dan ucapkan All iz well. Akhirnya ke Food Court mau beli makan malam, eh
disana ketemu Tia (teman satu kelompok) yang bilang juga nggak bawa makan malam
dan ditawari makan roti aja. Oke, nggak jadi beli. Pas balik jalan ke
Gelanggang, aku lewat ruang UKM Pramuka, nggak sengaja liat ada printer, tiba-tiba otak bersinar
“cling”.
*ketok pintu*
“Maaf kak, saya boleh minta
tolong numpang nge-print nggak?”,
kataku pada mas-mas yang ada di dalam ruang.
“Oh boleh-boleh, sini masuk
aja dek.”
Setelah
beberapa menit nunggu, Life Mapping
udah ditangan. Bahagia. ALLAH Maha Baik. Menjelang keberangkatan Laskar, aku
mulai bingung nasib motorku mau digimanain. Peserta menuju lokasi harus naik
truk. Tiba-tiba salah satu kakak panitia (kayaknya Koor pemandu) mendatangi
aku,
“Kamu yang besok Minggu mau
izin itu ya dek? Motornya dimana?”
“iya kak, motor saya
disitu” (nunjuk kedepan)
“kunci sama STNK nya mana?
Nanti biar motornya dibawa panitia.”
Huah, alhamdulillah. ALLAH
Maha Baik. *ngasih kunci dan STNK ke kakaknya*
Kira-kira jam 16.30 peserta
diminta naik ke truk yang ada di depan Gelanggang. Disana ada 3 truk, truk
pertama dan kedua untuk peserta putra, dan truk ketiga untuk peserta putri.
Karena pakai rok panjang, aku agak kesusahan naik ke truk yang tinggi, tapi
alhamdulillah bisa. ALLAH Maha Baik. Tiba-tiba panitia meminta 15 peserta putri
turun dari truk. Aku yang saat itu di posisi belakang nggak mau ikut turun
karena pakai rok panjang. Setelah 15 anak itu turun, mereka diminta pindah ke
truk kedua; truk peserta putra. Alhamdulillah, bersyukur banget nggak ikut
turun. ALLAH Maha Baik.
Perjalanan ke Waduk Sermo
naik truk kemarin benar-benar nggak akan terlupakan, di sepanjang jalan sering
diwarnai jeritan peserta putri karena keadaan truk yang bergoyang-goyang.
Salah satu hal menarik saat berada di truk adalah saat ada peserta lain yang
mengajak aku berkenalan, namanya mbak XXXXX angkatan 2011. Setelah beberapa
menit ngobrol, tiba-tiba beliau bertanya
“Kamu emang pakai rok
panjang terus ya?”
“ha? Iya. hehe”
“Kenapa kok pakai rok
panjang?”
“karena......”
*setelah beberapa menit
ngobrolin tentang menutup aurat...*
“okedeh, besok sekali-kali
aku belajar pakai jilbab ke kampus, hehe“
Jadi intinya, beliau belum
mau pakai jilbab (menutup aurat) karena takut kelihatan jelek, takut nggak
disukai cowok (masih mau pacaran). Lho, kalau memang laki-laki itu baik,
harusnya dia lebih menyukai perempuan yang berjilbab. Iya nggak? B)
Entah perjalanan sampai
dimana, tiba-tiba turun hujan. Great! Langsung narik terpal di depan truk buat
‘payung’ (yang mungkin biasanya buat nutupin sapi).
“Ini masih berapa lama lagi
mas?”, tanya temen ke mas-mas yang jagain di belakang.
“ya kira-kira 40 menit
lagi”.
What? 40 menit? Aku kira 10
menit lagi udah sampe.
Dan makin lama langit makin
gelap. Bisa bayangin nggak, naik truk+hujan+ditutupin terpal+gelap+nglewatin
jalan yang naik-turunnya subhanallah... sepanjang perjalanan aku nggak berhenti
dzikir. Gelap! Apalagi kalau truk tiba-tiba berhenti dan masnya bilang:
siap-siap jalannya naik. Takut kalau tiba-tiba truknya nggak kuat naik atau
gimana. Lengkap sudah sensasinya. Selama itu pula aku sempat berpikir: ini
jalan di dunia seserem ini, nah besok kalau nglewatin jembatan Shirat juga
ngeri banget. MasyaAllah.
Setelah beberapa jam
ngerasain sensasi yang luaarr biasa, akhirnya sampai juga! Bener-bener
bersyukur & lega banget bisa turun dari truk. Tapi nggak sampai disitu,
buat sampe lokasi Laskar kita harus jalan naik –lumayan bisa bakar
kolesterol.
Sekitar jam 19.00 kita
antri wudlu buat shalat maghrib dan Isya’ (FYI, peserta dilarang bawa jam dan
hape, jadi kami nggak tau tepatnya jam berapa). Dan karena aku lagi nggak
shalat, jadilah aku & teman-teman yang baru nggak shalat diminta bantu
angkat tas peserta ke lokasi. Kami turun ke tempat pemberhentian truk. Okesip, naiknya ke lokasi bawa tas ransel peserta (u
know what gimana berat tas ransel buat kemah 3 hari) bakar kolesterol lagi. ALLAH Maha Baik :’)
Sampai di aula (aulanya
terbuka alias nggak ada dinding), peserta shalat maghrib dan isya’ berjama’ah
lalu bahas kontrak belajar. Sejam berlalu, selesai bahas kontrak belajar yang
agak heboh, tiba-tiba hujan! Semua peserta heboh karena tempatnya yang
bocor dan air hujan masuk ke aula. Semua diminta pakai jas hujan. Aku cari jas
hujanku di tas, dan jreeeng....aku baru sadar jas hujan + sandal tertinggal di
motor. Agak panik tapi tetep stay cool :D
Akhirnya karena hujan,
malam itu peserta putri tidur di ‘ruang’ panitia dan peserta putra pasang tenda
di aula. Malam pertama tidur di lokasi udah nggak nyaman, walaupun lampu udah
dimatiin tapi masih kerasa ada panitia yang nyorotin lampu senter ke muka
peserta. Mataku pura-pura terpejam, tapi belum tidur. Dan entah jam berapa,
peserta putri dibangunkan untuk mendirikan tenda.
Semenit, dua menit,
kelompokku bingung cara pasang tenda. Heiii, kami bukan anak pramuka dan belum
pernah pasang tenda. *malu*. Alhamdulillah, peserta putra dibangunkan buat
bantu pasang tenda. ALLAH Maha Baik.
Setelah pasang tenda,
peserta diminta wudlu untuk persiapan shalat subuh. Lho, udah pagi ya? ._.
Singkatnya, hari kedua
Laskar dipenuhi sesi materi. Dari pagi sampai malam. Mantap!
Materi pertama, tentang
Analisis Sosial pembicara mas Kharis Pradana. Kami diminta turun ke masyarakat
untuk mewawancarai penduduk sekitar waduk sermo.
Kelompokku (kelompok 15)
memilih jalan turun untuk mencari penduduk. Alhamdulillah, nemu warung ada
seorang bapak berumur 40 tahun yang bernama Bapak Nurwanto sedang minum kopi
disana. Menurutkku, bapak ini termasuk penduduk yang kritis, beliau paham benar
mengenai kondisi waduk sermo. Berikut ringkasan wawancara kami:
“Waduk sermo dibangun pada
masa presiden Suharto tahun 1995. Sebelum dibangunwaduk, penduduk disana sekitar
700, namun setelah dibangun waduk, penduduknya berkurang karena lahan mereka
tergusur. Mereka yang lahannya tergusur diminta hijrah ke Bengkulu, dan
sekitarnya. Namun setelah waduk sermo dibangun, penduduk merasa transportasi
lebih mudah karena sebagai mobilitas PDAM (pengairan warga) sehingga jalan raya
diperbaiki. Dengan potensi waduk yang lumayan besar, sayang sekali apabila
tidak dimaksimalkan dengan baik. Sedangkan waduk sermo sendiri yang mengelola
adalah pusat, bukan pemerintah daerah, jadi terkesan sulit untuk ikut andil
dalam mengelola.”
Materi selanjutnya bertema
Merancang Masa Depan oleh Pak Fatan. Sepertinya sesi materi II & III ini
menjadi salah satu momen paling menyenangkan saat Laskar, karena materi bagus
& tidak membosankan. “Jadilah Elang yang mampu terbang tinggi walaupun
sendirian, jangan seperti burung emprit yang hanya berani terbang bersama-sama
namun hanya terbang rendah.”
Materi IV tentang
Nasionalisme dari dosen Filsafat. Hmm, bisa membayangkan keadaan di lokasi saat
itu? Sehabis hujan + lapar + dengerin materi nasionalisme dari dosen= ngantuk
berat! Hampir 75% peserta menahan kantuk dengan wajah yang sayu dan beberapa
kali tertidur. Maafkan kami...
Sehabis maghrib, Materi V
tentang Gerakan Mahasiswa. Ini juga nggak kalah ngantuknya. Materi selanjutnya
diisi Presiden Mahasiswa yaitu Mas Yanuar Pahlevi tentang KeBEMan. Ini lumayan
seru, jadi nggak ngantuk. Hehe.
Setelah materi seharian, sebelum tidur kami 'dimarahin' komdis dulu. Tentang apalagi kalau bukan kesalahan kami di hari itu. Walaupun badan udah benar-benar lelah tapi diusahakan mendengar dan memahami setiap perkataan para komdis. Okesip.
Singkat cerita, karena Hari Minggu ada wawancara Astra Leadership Development Chalenge jadilah aku bersama 5 orang temen lain yang juga ada acara di hari itu. Nah saat aku mau ambil kunci motor & STNK ke panitia serta menanyakan dimana motorku, aku dibuat kaget karena ternyata motorku ditinggal di Kopma! wah, terus aku pulang naik apa? diantar siapa? *mulai panik*
Akhirnya kita
berenam diminta berdiri di depan ruang panitia LASKAR untuk ditanyain alasan
izin. Aku, Resi dan Mas Geografi izin wawancara ALDC, Michael (muslim lho) izin
karena jadi panitia Tryout, Nitha izin karena diare (efek makan ubi),
Allam izin karena mau ke Solo. Semua alasan diterima! Tibalah waktu musyawarah
kita pulang naik apa (dengan siapa).
Koor
panitia udah mulai nanya ke panitia yang bisa nganter kita sampai terminal. He?
Wait. What did she say? Terminal? Taraaam, yak! Kami ‘hanya’ diantar sampai
terminal Wates (kalau nggak salah) dan balik ke kampus naik bus. Okesip, ini
berapa jam kalau nunggu bus? (ah lupakan sejenak tentang bus, masalahnya aku ke
terminal sama siapa?)
“Resi
dibonceng mas A. Kamu dibonceng mas B. Michael dibonceng mas C. Nitha dibonceng
mas D, Allam dibonceng mas E, dan kamu... (mbaknya ngliat aku)”
*muka udah datar dan melas*
“kamu sama mbak F”
*reflek senyum lebar-lebar*
Alhamdulillaah, ALLAH Maha Baik.
Hmm, walaupun nunggu bus lama banget, (sampai
si Michael tidur nyenyak di bus) akhirnya sampai kampus juga dengan
selamat. Alhamdulillaah.
Dari jalan raya ke gelanggang jalan kaki
dengan hati gelisah, ‘nah, motorku disimpe dimana? Masak 3 hari Cuma taroh
luar? Aku kan nggak kunci stang’
Dari kejauhan kulihat motorku bertengger
manis di halaman masih lengkap dengan tas kresek putih yang berisi air mineral
+ sandal jepit yang ketinggalan. Ah, terimakasih ALLAH yang Maha Menjaga. Aku mendapat
banyak pelajaran dari LASKAR kali ini. ENGKAU SELALU BAIK, MAHA BAIK! :’)