Jumat, 28 Juni 2013

ingin naik kelas? hadapi UJIAN dengan baik

U J I A N
sebuah kata yang banyak 'dibenci' orang.
kenapa?
karena saat ada ujian, kita harus mampu melewatinya.
tidak mudah.
apalagi jika UJIAN HIDUP.
wah, luarbiasa menjalaninya

tapi bagi seorang muslim, UJIAN merupakan suatu hal yang harus dirindukan kehadirannya.
mengapa?
ya karena UJIAN adalah tanda kasih sayang ALLAH kepada hamba-NYA

UJIAN IMAN
ketika iman kita diuji,
ketika kita dihadapkan pada suatu hal yang sangat sulit.
mampukah kita melewatinya?
bahkan,
ketika kita tidak mempunyai siklus hidup, hanya datar-datar saja, kita harus muhasabah diri
mengapa ALLAH membiarkan hidup kita tanpa UJIAN di dalamnya.
padahal UJIAN merupakan tahap seseorang yang akan naik kelas.

tentu kita semua pernah bersekolah bukan?
nah setiap kita akan naik kelas, kita akan menghadapi UJIAN.
kita harus menghadapinya sendirian.
kita akan berhasil naik kelas jika nilai UJIAN tersebut sudah baik.

ya, sama seperti UJIAN HIDUP.
ALLAH menguji kita dengan berbagai UJIAN yang harus kita lewati.
sanggupkah?
mungkin kita sering mengalami UJIAN HIDUP yang sama.
itu karena kita belum berhasil melewati UJIAN sebelumnya dengan baik, jadi harus diulang hingga mampu melewatinya.

jika kita ingin naik kelas, kita harus selalu siap dengan berbagai UJIAN yang sudah disiapkan ALLAH.
berbahagialah setiap orang yang hidupnya penuh dengan UJIAN,
karena setiap rasa sakit, rasa susah yang kita alami akan berbuah pahala.
bernilai akhirat.

maka, mengapa kita masih protes?
mengapa masih bersedih dengan segala UJIAN yang ALLAH berikan?
Hadapi dengan ikhlas, berbaiksangkalah,
bahwa semua ini untuk kebaikan kita.
ALLAH Rahman
ALLAH Rahiim

Rasulullah saw bersabda:  “Tak seorang muslim pun yang ditimpa  gangguan semisal tusukan duri atau yang lebih berat daripadanya, melainkan dengan ujian itu Allah menghapuskan perbuatan buruknya serta menggugurkan dosa-dosanya sebagaimana pohon kayu yang menggugurkan daun-daunnya.”
(HR Bukhari dan Muslim). 

Jadi ujian dan cobaan, bisa sebagai penggugur dosa-dosa kita dan juga untuk mengangkat kita ke derajat keimanan yang lebih tinggi.

                                           
                                           
                                                                                                             


                                                                                                        

mohon dikuatkan...

...sedang di titik puncak jenuh...
sakit sekali

Yaa Rabb,
izinkan devi mengeluh, kali ini saja...
sungguh, betapa devi ingin meluapkan semua ini...
berbagai persoalan yang entah harus menyikapinya seperti apa

Yaa Rabb,
jangan pernah lepaskan tangan devi, ya?
bukankah Kau berjanji, bahwa Kau tidak akan melepaskan hamba-Mu yang berpegang kepada-Mu...


Yaa Rabb,
ajari devi untuk ridlo menerima semua keputusanmu...
sungguh,
walaupun menyakitkan sekalipun rasanya...
kuatkan raga devi, Yaa Rabb...
mohon kuatkan.

Lakukan apapun yang ingin Kau lakukan untuk devi,
asalkan tetap bersama-Mu,
devi yakin semua akan baik-baik saja.
p a s t i
. . . . . . .



Rabu, 26 Juni 2013

Masjid Jogokariyan, aku cemburu...



bismillahirrahmanirrahiim...

sekitar 30 menit yang lalu, baru saja tiba di rumah sepulang dari MABIT (Malam Bina Iman dan Taqwa) akhwat KMMTP. Mabitnya di Masjid Jogokariyan. Sedari dulu pingin ke masjid Jogokariyan, alhamdulillaah kesampaian kemarin. Yang membuat saya kagum adalah banyaknya kegiatan di masjid tersebut yang dikenal  oleh masyarakat Jogja. Dan bermalam disana membuat saya semakin mengaguminya...





pertama kali tiba disana kemarin saat shalat Isya’, masyaAllah rame sekali :) ba’da Isya’ pun ada dzikir bersama. Semakin kagum saat pukul 03.00 kami bangun dan shalat Qiyyamul’lail, disana sudah ada beberapa jama’ah yang sedang khusyu’ bermunajat pada ALLAH. Masjid saat itu dalam keadaan gelap, hening... dan beberapa kali ada suara lantunan Ayat Suci... betapa mengagumkan sekali para jama’ah tsb, ketika hamba-Nya yang lain kebanyakan masih tertidur lelap, orang-orang yg shalat tahajud melawan rasa kantuk dan dingin untuk meminta, untuk mengeluh, untuk bersyukur kepada ALLAH.

Lagi-lagi saya malu, malu jika saya sering tak bisa mengalahkan rasa kantuk untuk bangun shalat. Kekuatan terbesar untuk bangun adalah ketika saya membayangkan bahwa ALLAH sedang menatap saya, dan berharap saya bangun untuk sekadar ‘curhat’. Saya juga akan langsung bangun ketika saya mengingat betapa banyak nikmat yg ALLAH berikan. Nikmat iman, nikmat ilmu, nikmat ukhuwah, nikmat segalanyaaa. Bahkan, bisa bangun tahajudpun saya merasa itu nikmat yang sangat patut disyukuri.

Yaa Rabb, terimakasih telah memberi kesempatan untuk berkunjung ke salah satu rumah-Mu, kesempatan melihat betapa khusyuknya hamba-Mu yang lain dalam berdo’a. Sungguh Yaa Rabb, hamba begitu cemburu, hamba cemburu ketika melihat hamba-Mu yang lain bisa dengan mudahnya bangun tahajud, cemburu dengan mereka yang begitu mudahnya melangkahkan kaki untuk menuju rumah-Mu, yang begitu mudahnya melawan rasa lelah, rasa kantuk untuk bermunajat pada-MU. Yaa Rabb, ajari hamba untuk selalu merasa bahwa dunia ini sementara... ajari hamba untuk selalu bersyukur.

Masih terekam jelas, remang-remang cahaya masjid tadi terlihat ada seorang laki-laki memakai baju batik, khusyu’ sekali beliau berdoa... pukul 04.30 adzan subuh, dan ternyata sudah banyak jama’ah yang datang... jama’ah yang menunggu adzan subuh... Mulia sekali, bukan? Ah, lagi-lagi malu rasanya jika shalat subuh kesiangan. Setelah shalat, ada kultum. Dan...saya melihat baju penceramah mirip dengan baju laki-laki yang ada di dalam masjid saat tahajud tadi. Mendongakkan sedikit kepala, ah masyaAllah... ternyata Ustadz Salim A Fillah! :’) isi kultumnya tentang persaudaraan kaum Muhajirin dan kaum Anshar. Kultum yang singkat namun penuh makna didalamnya, bahkan beberapa jama'ah ibu-ibu di sekitar saya mengangguk dan beberapa kali tertawa kecil medengar ceramah dari beliau. Tak hanya pandai berkicau di twitter, beliau juga begitu fasih menyampaikan materi kultum yang kebanyakan jama'ah di masjid sudah 'sepuh' (usia lanjut). Menyampaikan tapi tidak menggurui.

Akhirnya sekarang saya paham, mengapa semua kalimat beliau di twitter mengandung makna yang luarbiasa. Hati seorang hamba yang selalu bermunajat kepada-Nya memang lebih lembut. Sangat lembut dengan bahasa yang begitu menyejukkan hati. Yaa Rabb, hamba lagi-lagi cemburu...


Rabu, 19 Juni 2013

Masih pantaskah disebut dan menyebut diri; Aktivis Dakwah?


"kok jadi ane yang ngelakuin semuanya?
yang lain gak ngapa-ngapain..."
demikian kalimat yg sering meluncur di sebagian mahasiswa yang mengaku aktivis dakwah kampus (ADK) dalam beberapa kesempatan yg pernah saya temui, tidak hanya satu dua kali, tapi sering.
Dan teringat nasihat dari seorang kawan:




Di jalan ini…
Nuh AS telah tua renta.
Ibrahim AS di bakar dan di usir kaumnya.
Yusuf AS menjadi budak, difitnah dan masuk penjara.
Musa AS dihina, diusir dan dikejar firaun dan bala tentara.
Zakaria AS diusir, dikejar dan digergaji dibelah dua.
Isa AS dikejar-kejar dan hendak disalib para durjana.
Muhammad SAW dicaci, dihina, dituduh tukang sihir dan gila, ituduh penipu, pembohong dan diusir dari negerinya Mekah.

Umar RA ditikam saat menjadi imam shalat shubuhnya.
Ustman RA dibunuh dalam tilawah dan saat shaumnya.
Ali RA juga dibunuh oleh khawarij yang tercela.
Hamzah syahid dengan perut terburai dada menganga.
Zaid syahid dengan terputus kedua tangannya.
Khalid bin Walid wafat di tempat tidur dan lebih 70 luka tergores di bagian depan tubuhnya selama mengikuti perang.

Imam Ahmad disiksa dan diseret dengan kuda.
Hasan Albanna syahid ditembak di depan menantunya.
Sayid Qutb syahid di tiang gantungan setelah dipenjara.
Syekh Ahmad Yasin dengan rudal menghabisi nyawanya.
KH. Ahmad Dahlan, membangun muhammadiyah juga dengan difitnah dan dihancurkan mushola-nya
KH. Hasyim Asy'ari, mengobarkan semangat jihad dan Ia juga pernah ditawan.

Banyak lagi hamba-hamba Allah yang mulia.
Yang mengorbankan jabatan, harta dan keluarga.
Mengorbankan harga diri dan kesucian jiwa..
Difitnah, dicaci, dihinakan di berbagai media...
Mendekam dalam kamar-kamar penjara..
Menjemput ajal mati meregang nyawa...


Ya, di jalan ini mereka semua menjadi mulia...
Lalu kita..? Masihkah keluhkesah mendera..?
Lalu masih pantaskah disebut dan menyebut diri;


Aktivis Dakwah?




Sumber: Achmad Fahmi


Senin, 10 Juni 2013

mengapa?






kemarin, tanggal 9 Juni 2013 setelah training leadership dari IT saya memutuskan ke pameran komputer JEC. Seperti biasa, saya sendirian ke pameran. Sudah kebal bila bertemu teman dan mereka menyapa "sendirian dev? kayak anak hilang hehehe"

niatnya sih mau beli modem, tapi ragu-ragu karena USB laptop saya sedang rusak :( akhirnya mengurungkan niat beli modem dan mulai mencari stand Acer, berpikir siapa tau ada penjaga stand yang mau bantu benerin laptop saya. Stand Acer ada di paling depan dan kebetulan banyak mas-mas penjaga.

"Maaf Mas, boleh nanya nggak?"

"Boleh Mbak, mau nanya apa?"

"USB laptop saya kok nggak bisa detect flashdisk kenapa ya?"

setelah agak lama nanya-nanya akhirnya tau penyebabnya, windowsnya kena VIRUS T^T dan karena saya pake windows ori, jadi install ulang agak lama dan mahal, wah jadi serba salah ya pakai windows ori. Huhu :”

"tunggu 2 jam ya Mbak?"

"wah lama banget, oke saya tinggal aja ya Mas"

...dan saya pergi ke Musholla JEC untuk 'menenangkan diri'...
disana belum adzan maghrib, tapi nggapapalah siap-siap.

***

Setelah shalat Maghrib, saya duduk di pojok Musholla sambil tilawah, karena mukena disana terbatas sedangkan jama'ah yg datang semakin banyak, saya meminjamkan mukena saya ke seorang Ibu..

saya masih tilawah, dan tiba-tiba ibu yang pinjem mukena datengin saya lalu duduk disamping saya..

"Mbak, boleh pinjem Qur'annya?"

"oh boleh sekali Ibu, silakan :)"

"makasih ya Mbak, saya kalau habis maghrib belum tilawah rasanya ada yg kurang, kebetulan ikut ngisi stand dan tadi lupa bawa Qur'an."

(kemudian saya malu)

Setelah beliau membaca Qur'an, beliau mengembalikannya dan mulai ngobrol dengan saya...

"kuliah dimana, Mbak?"

"UGM, Bu.."

"kalau anak saya di UII, tapi belum serajin Mbak yang bawa Qur'an gini kemana-mana"

(astaghfirullaah, ALLAH Yang Maha menutupi aib-aib saya)

"ah kebetulan aja kok Bu ini lagi bawa, hehe"

"saya mulai rajin baca Qur'an sejak saya darah tinggi dan dirawat di RS berhari-hari Mbak"

"lho, Ibunya nggak gemuk kok darah tinggi?"

"saya memang nggak gemuk Mbak, tapi saya dulu pernah mengalami masalah yg luar biasa hebat"

...dan dari sini Ibu tsb mulai menceritakan kehidupannya di Bandung, dari awal beliau merintis usaha, mempunyai rumah mewah, banyak mobil hingga suatu hari usahanya bangkrut, dan suaminya dipenjara karena tidak mampu melunasi hutang... MasyaALLAH, sungguh saat itu hati saya bergetar, disaat seperti itu, saudara-saudara beliau bahkan orangtua beliau meninggalkan beliau karena malu dan tidak mau kenal lagi..

si Ibu yang dulunya jauh dari ALLAH karena kenikmatan dunia, mulai mendekat kepada ALLAH... Saat suaminya dipenjara, beliau mencari rizki sendiri dan sering mendatangi masjid-masjid untuk mengadu kepada ALLAH. Ibu itu sadar bahwa selama ini beliau belum ikhlas dan hanya mengharapkan bantuan manusia. Ya begitulah, jika kita berharap pada manusia, pasti kecewa...

Beliau pindah ke Jogja beberapa tahun lalu, hanya mengontrak di ruangan 4x6 meter. Dan Alhamdulillaah saat ini beliau sudah mempunyai 2 toko komputer. Usaha dari NOL, usaha yang dibangun dengan rasa ikhtiar yang lebih-lebih kepada ALLAH :') ah luarbiasa!

"bisa membayangkan Mbak, bagaimana rasanya jika dulunya serba mewah lalu tiba-tiba tinggal di kontrakan sempit hanya beralaskan tikar? saya mulai membangun usaha lagi dari awal. dari NOL, dan saya membangunnya dengan rasa tawakal kepada ALLAH.."

JLEB... mata saya mulai memerah dan hidung memanas, tapi saya tahan agar tidak menangis..

cerita itu berlanjut seiring jama'ah yang lalu lalang untuk shalat, mungkin banyak jama'ah yang heran melihat Ibu itu menangis disamping saya.
Namun saat itu kami tidak perduli, kami sedang membicarakan ALLAH, kami sedang berbicara tentang rencana-NYA yang begitu indah, tentang bagaimana cara ALLAH menyadarkan hamba-NYA untuk kembali kepada-NYA dengan cara yang luar biasa...

saya merasa bersyukur laptop saya diservis di JEC, kalau tidak diservis mungkin saya tidak menunggu di pojok Musholla dan ibu tersebut tidak berbagi hikmah pada saya.
Ah, sejatinya semua kejadian telah diatur ALLAH dengan indah. Bahkan daun gugur dimalam hari yang gelap gulita tak luput dari-NYA. AllahuAkbar! :’)

diakhir pertemuan itu, saya hanya berbicara sedikit,

"terimakasih atas pelajaran yang begitu berharga ya Bu, saya tidak tau mengapa kita dipertemukan disini, dirumah ALLAH. Saya hanya yakin, pertemuan ini atas izin ALLAH. Semoga Ibu selalu diberi kekuatan iman dan semakin dekat dengan ALLAH."

***

saya bersyukur sekali, beberapa kali bertemu dengan orang-orang baru namun entah mengapa mereka begitu mudah menceritakan kehidupannya kepada saya.
Sebulan yang lalu, saya berkenalan dengan seorang mahasiswi UGM di sebuah bus. Dan entah mengapa setelah beberapa menit ngobrol beliau bercerita tentang pekerjaannya, keluarganya, Ayahnya yang sakit keras dan sudah meninggal, Ibunya yang setiap minggu minta ditransfer uang untuk kehidupan sehari-hari... disaat mahasiswa yang lain mengeluhkan kiriman dari orangtua yang belum datang, beliau kuliah sambil bekerja keras demi menransfer uang kepada keluarganya. Ma syaa Allah...

Yaa Rabb, hamba percaya semua telah KAU atur dengan sangat rapih. Terimakasih atas pertemuan-pertemuan berhikmah dari hamba-MU yang lain. Kau Maha Cinta dari Segala Maha :')






menyibukkan diri...

"Cinta sejati selalu datang pada saat yang tepat, 

waktu yang tepat, dan tempat yang tepat. 

Ia tidak pernah tersesat."

-Tere Lije, buku "Berjuta Rasanya"


 Maaf, saya tidak sedang galau.

hanya ingin mengajak untuk menyibukkan diri, memperbaiki diri.

sangat diperbolehkan ikhtiar memang,

 

tapi menurut saya.. kebanyakan ikhwah sekarang hanya bergalau ria "kenapa belum juga?" apalagi saat teman-temannya yang lain mulai "membina keluarga"

 saya merasakan, betapa lingkungan ini sangat mendukung ke arah sana, apalagi saat kajian. Sepertinya sudah lazim apabila pembicara selalu mengaitkan materi dengan "pernikahan". dan lagi-lagi membuat kami tersenyum manis sedang hati teriris.

 

yah begitulah, mari muhasabah diri.. bukankah lebih menyenangkan bila kita sibuk "memperbaiki akhlak kita, belajar bagaimana menjadi istri atau ibu yang baik" bukan memikirkan tentang "siapa".

 

yakinlah, ALLAH telah mencatat jodoh kita sejak DIA meniupkan ruh ke rahim Ibu kita. come on! say no to galau yaaa ^^