Jumat, 15 Februari 2013

Akhlaq Seorang Muslim dalam Menghadapi Ujian



Setiap manusia pasti akan diuji ALLAH dengan berbagai cobaan, baik berupa musibah maupun nikmat. Kalau saya pribadi, sering merasa bahwa ujian saya berupa waktu luang. Setiap saya mempunyai waktu luang, saya akan lebih malas dan tidak produktif. Menghabiskan banyak waktu untuk ber“online ria” sehingga lupa dengan kewajiban lain.

"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat." (QS. Al-Baqarah:214)



            Di Al-Qur’an sudah dijelaskan mengenai ujian bagi manusia, diantaranya:

1.                   Ujian keimanan

“ Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan, sedang Allah belum mengetahui (dalam kenyataan) orang-orang yang berjihad di antara kamu dan tidak mengambil menjadi teman yang setia selain Allah, RasulNya dan orang-orang yang beriman. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
(QS. At-Taubah:16)

2.                   “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun"[1]. “ (QS. Al-Baqarah:155-156)
[1] (Artinya: Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali. Kalimat ini dinamakan kalimat istirjaa (pernyataan kembali kepada Allah). Disunatkan menyebutnya waktu ditimpa marabahaya baik besar maupun kecil.)

3.                   “Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan.” (QS. Ali Imran: 186)


Lalu, bagaimana seharusnya sikap seorang muslim dalam menghadapi ujian?

1.      Mengetahui bahwa kehidupan di dunia bersifat fluktuatif (tidak tetap) dan sementara. Hal ini terdapat pada QS. Al Hadid ayat 20:
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.

2.      Mengenali diri kita sebagai manusia.
ALLAH akan menguji kita dengan cobaan atau nikmat yang berhubungan dengan sisi terlemah kita. Semisalnya bahwa kita adalah seorang pemarah, maka ALLAH akan menguji kita dengan kejadian yang dapat membuat kita marah. Apabila kita tidak mampu menghadapi ujian tersebut maka kita akan terus diuji seperti itu hingga kita “naik kelas” dan dinyatakan “lolos”

3.      Yakinlah bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.
“Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS. At-Thalaaq:3)
ALLAH akan memberi rezeki atau jalan keluar dengan cara yang tidak kita sangka-sangka. Syaratnya adalah: bertaqwa dan bertawakal kepada ALLAH, jangan pernah berharap pada makhluq.

4.      Yakinlah ada balasan baik di sisi ALLAH.
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Al-Baqarah:261)

5.      Meneladani sikap orang terdahulu yang lulus dari ujian ALLAH.
Rasulullah bertahan dengan ujian berat dari ALLAH, seandainya dulu beliau menyerah dengan ujian yang diberikan, mungkin kita tidak akan menjadi muslim seperti ini.

6.      Beriman Qadarallah dan Sunatullah. ALLAH mengatur segalanya dengan sangat baik dan rapi.

7.      Menjauhi perbuatan yang merusak kesabaran dan ketegaran. Apabila kita diberi ujian, maka seharusnya kita mendekati orang-orang yang dapat memberikan energi positif, nasihat yang dapat membuat kita semangat. Namun kebanyakan manusia cenderung bercerita kepada teman-teman yang senasib sehingga jadi galau kuadrat, sedih kuadrat.

8.      Senantiasa berdo’a kepada ALLAH dalam meminta pertolongan supaya diberi jalan keluar yang terbaik.


0 komentar:

Posting Komentar