Wajah itu masih saja tersenyum,
sambil tangannya menyuapi orang buta yang ada dihadapannya. Tulus sekali.
Telinganya dengan sabar mendengarkan segala cacian, hinaan, yang ditujukan
orang buta tersebut kepada dirinya. Itulah salah satu keajaiban kemanusiaan
yang tercatat dalam sejarah. Kenapa ajaib? Rasanya membayangkannya saja susah.
Bagaimana kita bisa tersenyum tulus, menyuapi orang lain yang entah siapalah
dengan kasih sayang, sambil mendengarkan orang tersebut mencaci dan menghina
kita?
Adalah Abu Bakar, saksi yang
menggenapkan keajaiban itu. Setelah Rasulullah meninggal, dan dirinya menjadi
khalifah, ia bertanya kepada Aisyah, anaknya yang menjadi isteri rasulullah
tentang kebiasaan Rasulullah semasa hidupnya yang belum dilakukan oleh dirinya
sebagai khalifah. Kata Aisyah, rasulullah rutin menyuapi seorang yahudi buta
yang ada di salah satu pinggiran jalan kota.
Abu Bakar ingin menggantikannya.
Maka datanglah Abu Bakar pada yahudi buta itu. Sambil menahan marah, karena Abu
Bakar mendengar secara langsung cacian dan makian untuk Rasulullah, Abu Bakar
tetap menyuapinya. Yahudi buta itu langsung sadar, kalau orang yang ada di
hadapannya bukanlah orang yang biasa menyuapinya. Ada yang berbeda dengan
makanan yang dimakannya, walaupun makanannya sama. Makanan itu terasa lebih
keras, karena Abu Bakar tidak menghaluskannya (memamahnya) terlebih dahulu
seperti yang Rasulullah lakukan. Abu Bakar menangis begitu juga Yahudi buta
itu, setelah mengetahui bahwa orang yang selama ini menyuapinya sama dengan
orang yang selama ini dicaci dan dimaki oleh dirinya sendiri, dihadapan
orangnya langsung pula. Keajaiban itu, ditutup dengan syahadat dari yahudi
buta.
sumber: Nazrul Anwar
sumber: Nazrul Anwar
***
Allaah, lapangkanlah hati kami.
Untuk bisa membalas segala keburukan dengan kebaikan.
atau minimal, tidak membalas keburukan dengan keburukan yang sama.
0 komentar:
Posting Komentar